Kendal -jateng.kabardaerah.com. Ditengah semakin marebaknya pemberitaan tentang kisah pilu Para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ditahan di Tahanam Imigrasi di Malaysia yang berakibat tewasnya ratusan TKI di Malaysia bukan isapan jempol belaka, tapi peristiwa itu bisa dipastikan mendekati kenyataan dan perlu perlindungan atas nasib mereka yang mengadu Nasib di Negeri Jiran.
Hal ini sebagaimana dialami seorang TKI asal Kendal, Subhi Sukiran alias Bruno Warga Desa Purwokerto Kendal Jawa Tengah yamg selama 5 ( lma) tahun mencari nafkah di Malaysia,. Dan nasib naas itu pun sempat menimpa Bruno . Saat itu ada razia imigrasi di Pabrik tempatnya bekerja , kenudian para pekerja yang dianggap ilegal semuanya ditangkap dan dijebloskan ke Tahanan Imigrasi Camp Macap Ombo Malaysia , ternasuk dirinya yang mendekam dijeruji besi selama 7 (tujuh) bulan., ” Betul, kehidupan ditahanan imigrasi sangat mengerikan, karena ruangan yang ukurannya kecil dihuni hampir 185 orang dan tidak pernah ganti baju dengan tidur berdesakan seperti pindang. Pokoknya tidak manusiawi dan ganas lah,,” ungkapnya kepada Media ini.
Ditambahkan Bruno, tidak hanya itu, para tahanan pun diperlakukan secara kasar tanpa pandangbulu, ” Banyak tahanam yang sakit, karena fasilitasnya buruk, makanannya kotor dan minumnya langsung air mentah dari pipa ledeng. Bahkan saat itu tahanan orang pakistan yang meninggal di Tahanan akibat penyakit jantung. Dan itu pun diperlakukan tak manusiawi Pak, ” imbuhnya.
Selanjutnya Bruno juga mengungkapkan rasa syukurnya, karena selama ditahanan tidak menderita sakit berat dan akhirnya bisa kembali ke tanah air Indonesia, ” Semua tahanan yang ada terkena penyakit, diantaranya penyakit kulit. Karena tempat tahanannya yang kotor, kumuh dan tak manusiawi. Intinya tahanannya kayak neraka dibanding tahanan yang ada di Indonesia yang lebih baik, ” ujar Bruno Bahkan Bruno juga mewanti-wanti kepada Para Calon TKW atau TKI yang akan bekerja ke luar negeri agar mempersiapkan diri, baik dokumen keadministrasian maupun keterampilannya. Karena di negeri orang persaingan tenaga kerja sangat ketat. Jika jadi pekerja ilegal dan tidak punya keterampilan bisa bernasib naas di Negeri orang,, ” Saya sekaramg lebih baik kerja di negeri sendiri seadanya dan kumpul bersama keluarga bisa makan bareng, tidak seperti dirantau makan susah. Makanya ketika saya pulang ke rumah, saya makan sampai 8 (delapan) kali sehari. Sekarang saya nikmati aja bekerja di kampung jadi mandor buruh bangunan Mas, ” pungas Pria yang juga beristri Wanita NTT ini mengakhiri pembicaraannya.
Sebagaimana pemberitaan saat ini yang mencuat di berbagai media, Ada 149 Para pekerja Migran yang dijebloskan ditahanan Imigrasi Sabah Malaysia tewas mengenaskan gegara fasilitas rumah tahanannya yang kurang manusiawi. Dan kabarnya jumlah total 149 pekerja migran yang tewas tersebut berasal dari berbagai negara, termasuk Tenaga Kerja Indonesia dalam kurun waktu selama tahun 2021. (TIM)
Discussion about this post