Jateng, Kabardaerah.com (Kendal) – Melihat situasi kondisi politik yang berjalan akhir-akhir ini, Serikat Kebudayaan Masyarakat Indonesia (SEBUMI) menilai, bahwa sejatinya politik tidak pernah menguntungkan rakyat banyak, terutama rakyat miskin dan tertindas.
Divisi Sastra Sekretariat Nasional SeBUMI Kendal, Kelana Siwi mengatakan bahwa, Banyak rakyat yang hanya dijadikan kuda tunggangan mereka untuk berkontestasi.
“Pergeseran nilai politik dari ide (ideologi) ke perolehan suara yang pragmatis menjadikan elan politik yang berlangsung tak lebih adalah pasar malam bagi kelas tertentu. Sementara kelas yang lebih lemah hanya menjadi penonton atau bahkan kuda tunggangan semata,” Kata Kelana Siwi saat acara diskusi mengenai Komitmen Sosial Seni Sebagai Ekspresi Politik, di Balai Kesenian Rakyat Kendal, Rabu (30/09/2020) malam.
Kelana melanjutkan, sementara kontestasi demokrasi yang berlangsung, baik pemilu atau Pilkada hanya milik segolongan kelas elit. Kepimilikan modal (uang / investasi material) oleh sekelompok elit menjadikan rakyat teralienasi dari gegap gempita politik borjuasi.
“Sebumi sendiri mendudukkan politik sebagai panglima. “Bahkan dalam berekspresi seni, kami harus mengkajinya dari sisi politik,” Papar Kelana.
Ia melanjutkan, kesalahan estetika bisa dengan gampang diperbaiki, tapi kesalahan politik akan berakibat lebih fatal. Untuk itu, meluaskan karya agar bisa membakar dan membangkitkan kesadaran politik rakyat banyak sangat perlu.
“Semua itu tak bisa dicapai tanpa adanya ‘tinggi ideologi’ dari sang kreator dan SeBUMI memilih realisme sosialis sebagai ideologi pengkaryaan,” Tegas kelana.
Sementara itu, Sodrun dari SeBUMI Kolektif Kota Kendal menegaskan, bahwa sikapnya sudah jelas.
“Peraturan UU atau apapun prodak yang dihasilkan kekuasaan yang bercorak kapitalistik tak akan memberikan solusi politik yang menguntungkan rakyat banyak. Rakyat harus dibangkitkan kesadaran politiknya agar tidak lagi cuma dijadikan mainan dan dihisap darah serta daya hidupnya oleh elit borjuasi,” Pungkasnya.
Acara diskusi ini digelar dalam rangka peringatan 10 tahun Serikat Kebudayaan Masyarakat Indonesia (SeBUMI). Selain Diskusi, acara tersebut juga di meriahkan pembacaan puisi oleh Lukni Maulana (Ketua Lesbumi Jawa Tengah), Akar Jerami (Lembaga Sastra Rakyat), Indri Yuswandari (Penyair dan Deklamator Indonesia) juga pertunjukan lagu-lagu pergerakan oleh Tank Tank, Somad Al Haq dan Orkes Gepyok Senggol Bacok (OGSB) Kendal.
Ikut hadir dalam Diskusi tersebut Arvi (Ruang Bebas Uang), dan Ardian Cokroaminoto (Komunitas Kabelan) sebagai nara sumber, sedangkan moderator diskusi yaitu Sergio Sarmento (Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional). (Zam/red)
Discussion about this post