Kabardaerah.com (SEMARANG) – Forum Wartawan Lokal Jateng (FWLJ) bekerjasama dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah melaksanakan kegiatan orientasi Wartawan yang dilaksanakan di Gedung Moch Ihsan, Ruang Lokakrida lantai 8 Balaikota Semarang, Sabtu (10/4/2021) pukul 10.00 s/d pukul 14.00 WIB.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 45 Wartawan dari berbagai media, baik itu cetak, online dan elektronik. Dalam pelaksanaannya, para peserta tetap mematuhi protokol kesehatan ketat.
Hadir sebagai Narasumber diantaranya, Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS, Kepala badan khusus uji kompetensi wartawan Widiartono, Ketua dewan kehormatan PWI Jateng Sri Mulyadi, Setiyawan Hendra K, dan dimoderatori oleh wakil ketua bidang pendidikan PWI Jateng, Solikun.
Materi orientasi yang disampaikan adalah tentang Keorganisasian dan PD/PRT (Peraturan Dasar/Peraturan Rumah Tangga) PWI dengan narasumber Widiartono, lalu tentang Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers oleh Sri Mulyadi.
Ketua Panitia Orientasi Kewartawanan Abdul Sakur menyampaikan, dengan suksesnya kegiatan ini, diharapkan FWLJ bisa menjadi sekoci kapal besarnya PWI Jateng untuk selalu bersinergi meningkatkan kualitas SDM wartawan.
“Diharapkan, FWLJ nantinya dapat menjadi sekoci kapal besarnya PWI Jateng untuk menepis anggapan negatif atau kurang baik terhadap rekan-rekan wartawan. Mari kita buktikan, bahwa rekan-rekan mampu dan berkualitas,” tegas Absa, sapaan akrab Ketua Panitia yang juga Sekretaris FWLJ.
Ketua PWI Jateng, Amir Machmud dalam paparannya mengatakan bahwa kegiatan orientasi kali ini adalah hari yang membanggakan karena bisa melaksanakan acara orientasi Wartawan yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota Semarang.
“Betapa hari ini adalah hari yang sangat membanggakan karena memperoleh izin bisa melaksanakan kegiatan di ruangan ini. Ini jangan dipikir bahwa Pemkot takut pada kalian, tetapi yang perlu kita pahami, Pemkot dalam hal ini pak Walikota memberi izin ada kegiatan disini karena pak Wali menghargai profesi kawan-kawan ini sebagai Wartawan. Artinya pak Wali memberikan respek pada kawan-kawan semua ini juga respek kepada PWI karena dalam kegiatan tersebut PWI yang memberikan materi,” tuturnya.
“Bagaimana kita memaknai respek itu, respek adalah bentuk penghormatan yang diberikan pada satu pihak atau perseorangan pada orang atau mereka yang dianggap patut diberi respek. Dimana-mana saya selalu mengkampanyekan masalah respek ini ketika saya berbicara kepada kawan-kawan wartawan anggota PWI di berbagai daerah. Respek hanya patut kita sikapi dengan respek yang sama, artinya kalau ada orang menghargai kita, maka sebaliknya kita wajib menghargai mereka,” ungkap Amir Machmud.
Lebih lanjut Amir memaparkan, bahwa martabat bagi seorang wartawan adalah mahkota. Mahkota bagi wartawan adalah profesionalitas. Profesionalitas bagi seorang wartawan adalah kondisi yang tidak bisa ditawar-tawar.
“Bagaimana kita memartabatkan diri kalau kita tidak profesional. Bagaimana kita profesional kalau kita tidak membekali diri kita, nah antara lain adalah dengan kegiatan-kegiatan semacam ini. Dimana-mana saya selalu menekankan, profesionalitas itu parameternya adalah ketika kita mampu untuk memadukan, membuat seirama antara tehnis kita sebagai wartawan dengan kemauan kita untuk mengeksplorasi hati nurani yang artinya kita mematuhi, melaksanakan etika jurnalistik,” tambahnya.
“Wartawan yang jagoan adalah wartawan yang mampu memadukan antara kepintaran dia secara skil, baik di dalam penulisan kalau itu media cetak dan online. Di dalam mereportase kalau itu adalah wartawan radio atau Wartawan telivisi,” pungkas Amir Machmud.
(Candra)
Discussion about this post