Oleh: Abdulloh Mubarok
(Dosen Tetap dan Tim Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasakti Tegal)
(TEGAL), kabardaerah.com – Sebulan yang lalu (30 Juni 2022), Refinitiv, suatu lembaga penyedia layanan data keuangan global, mengumumkan hasil penilaian kinerja pengungkapan Environmental, Social dan Governance (ESG) perusahaan. Dalam release tersebut, Refinitiv menempatkan perusahaan publik Indonesia, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), pada peringkat teratas dalam kinerja pengungkapan ESG dari 56 perusahaan batubara dunia. Tahun sebelumnya perusahaan ini juga menerima penghargaan Management BBB dalam even ESG Disclosure Awards 2021 dari BSMH yang bekerja sama dengan Bumi Global Karbon Foundation (BGKF).
ESG merupakan bukti kepedulian perusahaan terhadap masalah lingkungan, sosial dan tata kelola. Unsur lingkungan di dalamnya termasuk masalah penanganan polusi udara dan air, keanekaragaman hayati, jejak karbon, pengelolaan limbah, kelangkaan air dan penggunaan lahan.
Unsur sosial antara lain hak asasi manusia, keamanan produk, standar buruh, rantai pasokan, keamanan tenaga kerja dan keanekaragaman. Sementara unsur tata kelola meliputi mekanisme dan aturan terkait hak pemegang saham, kesamaan perlakuan diantara pemegang saham, peran stakeholder, pengungkapan dan transparansi dan tanggung jawab dewan. Secara umum penerapan ESG menunjukan komitmen perusahaan untuk menjalankan bisnis secara berkelanjutan.
ESG punya kaitan dengan investasi keuangan di pasar modal. Dalam bidang investasi keuangan, dikenal satu jenis investasi, yaitu investasi berbasis tanggung jawab sosial (socially responsible investments). Dalam investasi ini, investor ketika melakukan pengambilan keputusan pembentukan portofolio, disamping mempertimbangkan return juga faktor nonfonansial seperti etika, lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan. Mereka mencoba mengapresiasi dan merespon secara positif perusahaan-perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap faktor-faktor nonfinansial tersebut. Kegiatan investasi berbasis tanggung jawab muncul pertama kali di tahun 1980-an. Awal kemunculannya lebih bermotif politik, yaitu sebagai bagian kampanye divestasi saham perusahaan pendukung regim aperheid Afrika Selatan.
Namun demikian sekarang orientasinya bergeser yaitu lebih pada keuntungan, moral dan etika.
Beberapa survey menyimpulkan saat unsur ESG menjadi dasar dalam pengambilan keputusan investasi. Survey RBC Global Asset Management tahun 2019, misalnya, menyimpulkan 70% investor institusi menerapkan prinsip ESG dalam pengambilan keputusannya (Bradford, 2019).
Survey Morrow Sodali tahun 2020 menemukan 100% responden menyetujui integrasi ESG menjadi bagian integral dari pembuatan keputusan investasi mainstream.
Sementara hasil wawancara periset Eccles dan Klimenko (2019) mengenai pertimbangan nilai ESG dalam berinvestasi menyimpulkan bahwa ESG merupakan nilai yang sudah melekat pada benak (top of mind) semua responden.
Investasi berbasis tanggung jawab sosial mengalami pertumbuhan baik di Indonesia maupun di tingkat global.
Di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan investasi ini, tampak dari semakin bertambahnya jumlah indek saham berbasis tanggung sosial. Tercatat sampai akhir tahun 2022, ada 4 indeks berbasis tanggung sosial di Bursa Efek Indonesia, yaitu indeks Sri KEHATI, IDX ESG Leaders, Indeks ESG Sector Leaders IDX KEHATI dan Indeks ESG Quality 45 IDX KEHATI.
Sementara di tingkat global, perkembangan investasi berbasis tanggung jawab sosial terlihat dari data aset investasi seperti yang dirilis The Global Sustainable Investment Alliance (GSIA), siuatu lembaga internasional di bidang investasi berbasis tanggung jawab sosial.
GSIA mencatat pada 2018 nilai investasi etis global, khususnya di lima pasar utama dunia (Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Kanada dan Australia dan Selandia Baru), mencapai $30,683 triliun. Jumlah ini mengalami kenaikan menjadi $35,301 triliun pada tahun 2020 atau naik sekitar 15,05%.(***).
Discussion about this post